Minggu, 18 Maret 2012

Reformasi, sudahkah berjalan sesuai yang diinginkan?

Seperti kita ketahui pada tahun 1998 adalah masa transisi negara kita dari masa orde baru ke reformasi, ditandai dengan turunnya presiden Suharto dan diangkatnya BJ Habibie sebagai Presiden Indonesia menggantikan Suharto.Tak terasa sudah hampir 14 tahun negara Indonesia melalui masa reformasi, namun adakah yang berubah baik itu dalam hal positif maupun negatif paska turunnya rezim orde baru? dalam hal positif reformasi membawa negara kita ke era kebebasan berpendapat, demokrasi dijunjung tinggi, segala protes ke pemerintah melalui demonstrasi, kritik di media massa, kritik di media elektronik di perbolehkan, hal ini jelas jauh dari ciri pemerintahan orde baru yang "otoriter demokrasi". lantas apakah semua hal yang positif itu mandatangkan manfaat? demonstrasi yang berakhir ricuh, perang kritik yang tiada akhir dan tak memberikan solusi apakah itu yang diharapkan dari lahirnya reformasi? kalau hal-hal yang kita anggap positif saja dapat menjadi negatif, apalagi hal-hal yang negatif. setelah reformasi pemerintah cenderung tidak stabil, adanya faktor kepentingan partai membuat demokrasi yang riil sebagai hasil dari reformasi hanya sebagai sarana kelompok tertentu untuk berkuasa, koalisi yang hanya mementingkan kursi, tapi tak mementingkan nasib rakyat, sampai adanya penambahan-penambahan lembaga-lembaga di pemerintahan yang hanya untuk memuaskan kepentingan tertentu saja dan hanya akan menambah "gemuk" birokrasi di Indonesia serta menghabiskan anggaran negara untuk membiayai lembaga-lembaga tersebut merupakan salah satu dari sekian hal negatif yang muncul setelah reformasi, bandingkan dengan orde baru yang cenderung stabil pemerintahannya dan Suharto sebagai Penguasa yang mempunyai hak tertinggi untuk membuat keputusan dan didukung oleh anggota dewan yang mayoritas merupakan anggota dari partainya yakni Golkar.

Adakah yang salah dengan reformasi?
Sebenarnya jawabannya iya, karena negara kita tidak mempersiapkan benar-benar agenda setelah reformasi. Seperti menyusun seperti apa pemerintahan yang ideal, setelah merasa tidak ideal dengan pemerintahan yang sebelumnya, menganggap demokrasi sebagai sistem yang ideal mungkin merupakan kesalahan yang muncul setelah orde baru.  dengan menganut demokrasi negara Amerika, Indonesia tidak cocok dengan sistem sperti ini. Mengingat budaya politik, cultural, kita berbeda dengan Amerika. lalu, apa sistem yang cocok untuk Indonesia? inilah tantangan para pemimpin negara ini dan para cendikiawan-cendikiawan negeri untuk memikirkan satu sistem ideal bagi negara Indonesia. bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar